IMPORTANT, MUST BE READ... : sebar kan Menyambut Pagi di Tanjung Papuma, Jember
Title : sebar kan Menyambut Pagi di Tanjung Papuma, Jember
sebar kan Menyambut Pagi di Tanjung Papuma, Jember
IMPORTANT, MUST BE READ... Entah menyerupai mempunyai alarm alami yang ada di dalam otak ini, setiap kali sedang melaksanakan perjalanan di luar kota, secara alami aku akan bangkit pagi jauh sebelum adzan Subuh berkumandang dan mentari muncul dari peraduan. Iya, mungkin semesta sedang mendukung aku untuk menyambut pagi dan beranjak dari buaian mimpi.
Entah mengapa ketika aku sedang berada di luar kota, aku selalu bangkit lebih awal dari waktu yang aku pasang pada alarm jam saya. Waktu sudah memperlihatkan pukul 04.00 pagi, aku bangkit 30 menit lebih awal dari alarm yang aku pasang tadi malam. Saya bergegas ke kamar mandi dan mempersiapkan diri menyambut pagi, kemudian menyibak gorden kamar dan melihat situasi di luar. Ah, masih sepi dan gelap. Saya bergegas membuka pintu dan melihat situasi di luar cottage. Kata mas penjaga kemarin, kalau menjelang Subuh menyerupai ini kami harus lebih berhati-hati, alasannya yaitu terkadang primata penghuni Papuma sedang "beraksi", hmmm berkeliaran di sekitar penginapan lebih tepatnya. Maklum saja, cottage yang dikelola di Pantai Papuma berlokasi di akrab hutan di mana primata-primata liar tersebut hidup bebas di sana.
Setelah situasi aku rasa kondusif, aku mengajak teman aku untuk bergegas menuju pantai guna menantikan terbitnya matahari pagi bersama. Sekitar pukul 04.30 kami pun keluar cottage dan berjalan kaki menuju ke pantai Papuma. Di luar dugaan saya, sudah terlihat beberapa orang berlalu-lalang menuju pantai untuk menantikan terbitnya mentari. Sebagian besar dari mereka yaitu wisatawan yang tidak menyewa penginapan, melainkan tidur di dalam kendaraan yang mereka bawa. ada pula rombongan nelayan yang menanti kapal tiba sehabis melaut semalaman. Suasana damai tiba-tiba berkembang menjadi riuh. Pengunjung mulai berdatangan ke Pantai Papuma. Sorot lampu kendaraan mulai terlihat dari atas bukit. Kami berdua duduk di pasir pantai, menikmati semburat warna kemerahan di ufuk timur, sambil sesekali mencicipi hembusan semilir angin pantai. Untunglah angin pantai di Papuma pagi itu tidak terlalu terasa kencang, jadi aku tidak terlalu khawatir jikalau masuk angin. Syahdu, rasanya aku sudah usang sekali tidak pernah bangkit pagi untuk menanti terbitnya sang mentari.
Cahaya pagi pun semakin cerah, walaupun matahari belum menampakkan bentuknya secara utuh. Perahu-perahu nelayan yang semalam berlayar ke lautan pun satu-per satu mulai berlabuh ke daratan. Seperti biasa, kekompakan nelayan nampak terlihat. Mereka saling bekerjsama bahu-membahu untuk mengangkat bahtera sampai menuju daratan. "Satu, dua, tiga, angkat perahunya !", aba salah satu nelayan yang diikuti oleh nelayan lain yang mengangkat bahtera tersebut. Ada satu keunikan yang aku amati dari bahtera nelayan tersebut. Adalah perangkap yang terbuat dari sabut kelapa yang dirangkai pada jaring. Perangkap ini berfungsi untuk menjaring nener, yaitu sebutan untuk anak ikan bandeng. Nener-nener tersebut kemudian akan dipelihara di dalam tambak sampai mencapi ukuran konsumsi kemudian dipanen dan dijual ke pasaran.
Usai berbincang dengan para nelayan yang gres pulang mencari ikan, aku pun lanjut melangkahkan kaki ke sebuah bagunan vihara yang berada di tepi Pantai Papuma. Vihara tersebut terletak di akrab bukit, memperlihatkan sedikit kesan tersembunyi. Bangunan vihara tersebut diberi pagar yang terkunci dan tidak semua orang sanggup masuk ke kompleks bangunan ini. Saya pun hanya sekedar mengambil gambar dari luar pagar, kemudian pergi berlalu meninggalkan bangunan diiringi dengan amis hio yang dibakar namun tercium samar. Saya kembali ke pantai, kali ini matahari mulai terlihat malu-malu menampakkan wujudnya. Akhirnya apa yang kami nanti-nanti tiba. Kami mengambil beberapa gambar dan mengabadikan suasana dikala matahari pagi perlahan-lahan menampakkan wujudnya. Akhirnya misi kami ke Papuma lengkap sudah, menantikan matahari terbenam di kala petang dan menyambut mentari pagi dari peraduan. Kami pun melanjutkan langkah menyusuri pantai, sambil sesekali menikmati hempasan ombak, kemudian pergi ke warung makan untuk menyantap sarapan. Terima kasih Papuma untuk kenangan indah yang kamu berikan untuk kami dalam kunjungan kali ini.
Entah mengapa ketika aku sedang berada di luar kota, aku selalu bangkit lebih awal dari waktu yang aku pasang pada alarm jam saya. Waktu sudah memperlihatkan pukul 04.00 pagi, aku bangkit 30 menit lebih awal dari alarm yang aku pasang tadi malam. Saya bergegas ke kamar mandi dan mempersiapkan diri menyambut pagi, kemudian menyibak gorden kamar dan melihat situasi di luar. Ah, masih sepi dan gelap. Saya bergegas membuka pintu dan melihat situasi di luar cottage. Kata mas penjaga kemarin, kalau menjelang Subuh menyerupai ini kami harus lebih berhati-hati, alasannya yaitu terkadang primata penghuni Papuma sedang "beraksi", hmmm berkeliaran di sekitar penginapan lebih tepatnya. Maklum saja, cottage yang dikelola di Pantai Papuma berlokasi di akrab hutan di mana primata-primata liar tersebut hidup bebas di sana.
Setelah situasi aku rasa kondusif, aku mengajak teman aku untuk bergegas menuju pantai guna menantikan terbitnya matahari pagi bersama. Sekitar pukul 04.30 kami pun keluar cottage dan berjalan kaki menuju ke pantai Papuma. Di luar dugaan saya, sudah terlihat beberapa orang berlalu-lalang menuju pantai untuk menantikan terbitnya mentari. Sebagian besar dari mereka yaitu wisatawan yang tidak menyewa penginapan, melainkan tidur di dalam kendaraan yang mereka bawa. ada pula rombongan nelayan yang menanti kapal tiba sehabis melaut semalaman. Suasana damai tiba-tiba berkembang menjadi riuh. Pengunjung mulai berdatangan ke Pantai Papuma. Sorot lampu kendaraan mulai terlihat dari atas bukit. Kami berdua duduk di pasir pantai, menikmati semburat warna kemerahan di ufuk timur, sambil sesekali mencicipi hembusan semilir angin pantai. Untunglah angin pantai di Papuma pagi itu tidak terlalu terasa kencang, jadi aku tidak terlalu khawatir jikalau masuk angin. Syahdu, rasanya aku sudah usang sekali tidak pernah bangkit pagi untuk menanti terbitnya sang mentari.
Cahaya pagi pun semakin cerah, walaupun matahari belum menampakkan bentuknya secara utuh. Perahu-perahu nelayan yang semalam berlayar ke lautan pun satu-per satu mulai berlabuh ke daratan. Seperti biasa, kekompakan nelayan nampak terlihat. Mereka saling bekerjsama bahu-membahu untuk mengangkat bahtera sampai menuju daratan. "Satu, dua, tiga, angkat perahunya !", aba salah satu nelayan yang diikuti oleh nelayan lain yang mengangkat bahtera tersebut. Ada satu keunikan yang aku amati dari bahtera nelayan tersebut. Adalah perangkap yang terbuat dari sabut kelapa yang dirangkai pada jaring. Perangkap ini berfungsi untuk menjaring nener, yaitu sebutan untuk anak ikan bandeng. Nener-nener tersebut kemudian akan dipelihara di dalam tambak sampai mencapi ukuran konsumsi kemudian dipanen dan dijual ke pasaran.
Usai berbincang dengan para nelayan yang gres pulang mencari ikan, aku pun lanjut melangkahkan kaki ke sebuah bagunan vihara yang berada di tepi Pantai Papuma. Vihara tersebut terletak di akrab bukit, memperlihatkan sedikit kesan tersembunyi. Bangunan vihara tersebut diberi pagar yang terkunci dan tidak semua orang sanggup masuk ke kompleks bangunan ini. Saya pun hanya sekedar mengambil gambar dari luar pagar, kemudian pergi berlalu meninggalkan bangunan diiringi dengan amis hio yang dibakar namun tercium samar. Saya kembali ke pantai, kali ini matahari mulai terlihat malu-malu menampakkan wujudnya. Akhirnya apa yang kami nanti-nanti tiba. Kami mengambil beberapa gambar dan mengabadikan suasana dikala matahari pagi perlahan-lahan menampakkan wujudnya. Akhirnya misi kami ke Papuma lengkap sudah, menantikan matahari terbenam di kala petang dan menyambut mentari pagi dari peraduan. Kami pun melanjutkan langkah menyusuri pantai, sambil sesekali menikmati hempasan ombak, kemudian pergi ke warung makan untuk menyantap sarapan. Terima kasih Papuma untuk kenangan indah yang kamu berikan untuk kami dalam kunjungan kali ini.
IMPORTANT, MUST BE READ...
Thank for your attention sebar kan Menyambut Pagi di Tanjung Papuma, Jember
my blog sebar kan Menyambut Pagi di Tanjung Papuma, Jember, Have a nice day.






0 Response to "sebar kan Menyambut Pagi di Tanjung Papuma, Jember"
Posting Komentar