sebar kan Menggapai Sunrise di Sikunir

sebar kan Menggapai Sunrise di Sikunir - Hallo gues welcome to my blog, you can read this article with title sebar kan Menggapai Sunrise di Sikunir, Happy reading

IMPORTANT, MUST BE READ... : sebar kan Menggapai Sunrise di Sikunir
Title : sebar kan Menggapai Sunrise di Sikunir

Read More


sebar kan Menggapai Sunrise di Sikunir

IMPORTANT, MUST BE READ...
Cahaya bulan purnama menjadi sahabat setia selama kami melaksanakan perjalanan menuju Desa Sembungan. Dinginnya udara menjelang fajar terasa menusuk tulang seolah tak kami perdulikan. Diiringi pekatnya kabut pagi yang menyambut kedatangan kami, menciptakan kami semakin semangat untuk  mengejar terbitnya sang mentari di atas bukit nanti.

Suara alarm yang berbunyi nyaring memecah keheningan di salah satu kamar kecil di Losmen Bu Djono. Saya, Ajeng, dan Bang Ari pun segera terbangun, beranjak dari hangatnya selimut yang menepis dinginnya udara Dieng di kala dini hari. Kami segera bergegas, menyiapkan diri untuk memulai pendakian ke Bukit Sikunir. Suasana di depan losmen ternyata cukup riuh oleh pengunjung yang bersiap menuju Desa Sembungan. Tampak beberapa kendaraan beroda empat dan motor yang sudah bersiap menuju ke sana, seolah tak satupun orang ingin ketinggalan momen matahari terbit dari atas bukit pagi itu.


Bukit Sikunir merupakan sebuah bukit yang berada di daerah Dataran Tinggi Dieng dengan ketinggian sekitar 2.463 meter di atas permukaan laut. Dengan kendaraan beroda empat pick up sayur yang kami sewa, petualangan menuju Bukit Sikunir pun dimulai. Saya dan Bang Ari duduk di bab kolam pick up, satu mitra lagi, Ajeng, duduk di bab depan di samping pak sopir. Dinginnya udara Dieng membuai lembut ke sekujur tubuh. ditemani sinar rembulan pun tampak malu-malu mengiringi perjalanan kami menuju Desa Sembungan semakin menciptakan perjalanan ke Dieng kali ini terasa begitu berkesan. Dua puluh menit perjalanan akibatnya kami memasuki area Desa Sembungan. Jalan aspal yang mulai rusak menjadi sahabat setia sepanjang perjalanan menuju kemari. Guncangan dari jalan aspal yang sudah banyak berlubang seolah membangunkan kami dari kantuk dan rasa malas jawaban udara cuek yang menusuk.


Kami pun tiba di sekitar Telaga Cebong, tempat parkir kendaraan sebelum melanjutkan pendakian menuju Bukit Sikunir. Suasana di pos pendakian Bukit Sikunir kini terasa lebih semarak. Beberapa akomodasi pendukung wisata sudah dibangun ibarat mushola, toilet umum, serta camping ground pun juga disediakan di sekitar Telaga Cebong. Kondisi yang terasa cukup kontras ketika pertama kali aku tiba kemari pada tahun 2012 yang lalu. Sekarang sudah ada larangan untuk mendirikan tenda di puncak Bukit Sikunir, sehingga disediakan akomodasi arena camping ground di sekitar Telaga Cebong bagi pengunjung yang ingin berkemah di Bukit Sikunir ini. Deretan kios-kios semi permanen milik penduduk setempat pun ikut menyemarakkan suasana di area pos awal pendakian ini. Kios-kios tersebut menjajakan masakan dan minuman hangat serta beberapa souvenir untuk dibawa pulang. Souvenir yang paling banyak dijajakan yaitu sarung tangan, syal, dan topi hangat dengan goresan pena Dieng.

Bang Ari mengajak kami untuk mampir sejenak di salah satu warung untuk memesan segelas minuman hangat biar perut tidak kembung. Seperti biasa, aku memesan segelas teh hangat. Suasana pun semakin bersahabat ketika kami terlibat dialog hangat dengan sang pemilik warung. Kami mengobrol ngalor-ngidul perihal lokasi wisata yang menarik Dieng, termasuk beberapa obyek wisata gres yang kini sedang dalam tahap pembukaan dan perbaikan jalur untuk menuju lokasi. Sebenarnya obyek-obyek wisata tersebut sudah ada di Dieng, namun alasannya yaitu minimnya akomodasi serta jalan masuk jalan menciptakan lokasi tersebut jarang dikunjungi. Air terjun Sikarim misalnya, jeram yang berada di sekitar Desa Sembungan ini sudah dikenal beberapa orang, namun jalan masuk jalan ke sana masih belum baik, sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang menyambangi lokasi tersebut. Usai menghabiskan satu gelas minuman hangat, kami pun segera membayar dan berpamitan untuk memulai pendakian.


Jalur pendakian Bukit Sikunir kini juga sudah diperbaiki. Beberapa jalur sudah dibentuk ibarat tatanan anak tangga yang terbuat dari batu-batu yang ditata sedemikian rupa sehingga memudahkan pendaki untuk berjalan. Bagian kiri jalur pendakian pun sudah diberi kayu dan besi pembatas biar pendaki lebih kondusif dan tidak tergelincir ke jurang ketika melaksanakan perjalanan. Selebihnya, medan pendakian masih terasa ibarat dulu, tanjakan demi tanjakan harus kami lalui. Jalur pendakian menuju Sikunir memang tidak memperlihatkan bonus jalan datar, isinya lebih banyak tanjakan-tanjakan. Beberapa kali aku meminta untuk berhenti sekedar untuk mengatur nafas yang mulai tersengal. Kesalahan terbesar aku yaitu tidak pernah berolahraga, jarang mengolah fisik sehingga stamina aku lemah ketika menghadapi tanjakan demi tanjakan.

Kesalahan kedua aku yaitu tidak membawa senter untuk penerangan selama pendakian. Kurangnya penerangan memang cukup menghambat laju pendakian alasannya yaitu aku harus berjalan perlahan biar sanggup memijak jalur yang tepat. Untung saja ada beberapa rombongan di belakang aku yang siap sedia membawa senter sehingga sorot sinarnya cukup menerangi selama pendakian. Kontur tanah di Bukit Sikunir terdiri dari bebatuan dan juga tanah dengan tekstur yang halus. Tekstur tanah halus inilah yang mengakibatkan jalur pendakian menjadi sedikit licin, apabila tidak berhati-hati dan salah memijak sanggup mengakibatkan kita tergelincir. Maka dari itu dibutuhkan kewaspadaan selama melaksanakan pendakian.


Untuk mencapai puncak Bukit Sikunir dibutuhkan waktu tempuh sekitar 30-45 menit pendakian, tergantung kondisi fisik masing-masing orang. Bagi penduduk setempat, biasanya mereka sanggup mencapai puncak Bukit Sikunir hanya dalam waktu 15 menit pendakian saja. Ada hal yang sedikit berbeda yang aku temui ketika berada di puncak bukit. Di bab puncak Bukit Sikunir kini terdapat bangunan gubug sederhana dan beberapa bagian batang pohon yang berfungsi untuk tempat duduk. Di sekitar puncak juga terdapat lapak penjual masakan dan minuman serta akomodasi toilet umum. Mungkin juga fasilitas-fasilitas ini ada alasannya yaitu jumlah kunjungan wisatawan yang semakin meningkat ke Bukit Sikunir ini.


Setibanya di puncak, aku mengambil posisi duduk untuk mengistirahatkan tubuh dan meluruskan kaki. Pemandangan Gunung Sindoro nampak begitu terang di depan kami. Banyak pengunjung eksklusif menyiapkan kamera dan ponsel mereka untuk mengabadikan momen pagi itu. Semburat warna orange tampak membelah cakrawala di ufuk timur. Seolah tak mau ketinggalan momen, pengunjung pun sibuk memainkan gadget mereka. Ada yang mengambil gambar pemandangan alam, tak sedikit pula yang mengabadikan diri dengan banyak sekali macam pose dengan latar belakang pemandangan matahari terbit.


Usai menikmati pemadangan matahari pagi, aku mengajak kawan-kawan aku menuju sisi lain Bukit Sikunir, tepatnya di sebelah belakang puncak. Tujuan saja yaitu untuk melihat pemandangan Telaga Cebong dari atas ketinggian. Kami duduk di salah satu watu yang eksklusif menghadap ke Telaga Cebong. Sambil meluruskan kaki, kami menikmati bekal yang sudah kami sediakan sebelumnya, yaitu sebatang cokelat dan air mineral. Cokelat batangan yang kami bawa teksturnya menjadi keras, hampir ibarat mirip dimasukkan ke dalam lemari es. Ada pemandangan yang sedikit menciptakan risih di Sikunir kini ini, apalagi kalau bukan ulah pengunjung yang tidak bertanggung jawab yang membuang bungkus masakan sembarangan. Belum lagi aku melihat banyak bungkus permen yang dibuang begitu saja. Sangat disayangkan bukan, kalau tempat dengan pemandangan yang anggun ibarat ini banyak sekali sampah bungkus masakan yang acak-acakan ! Saya dan kawan-kawan mencoba memungut beberapa sampah bungkus masakan tersebut untuk dibawa ke bawah biar tidak mengotori puncak Bukit Sikunir ini.


Usai puas menikmati pemandangan pagi di Bukit Sikunir, kami pun tetapkan untuk turun menuju basecamp. Dalam perjalanan turun kami menyempatkan untuk mengambil beberapa foto sambil menikmati indahnya pemandangan perbukitan yang masih terlihat begitu menghijau di puncak isu terkini kemarau. Kami pun harus lebih ekstra hati-hati dengan jalanan yang menurun selama pulang. Entah mengapa, perjalanan pulang itu terasa lebih cepat daripada perjalanan berangkat ke tujuan bukan?


IMPORTANT, MUST BE READ...

Thank for your attention sebar kan Menggapai Sunrise di Sikunir

my blog sebar kan Menggapai Sunrise di Sikunir, Have a nice day.

Now you read article sebar kan Menggapai Sunrise di Sikunir this permalink article is http://alasjogja.blogspot.com/2017/11/sebar-kan-menggapai-sunrise-di-sikunir.html Thank you and Best regards. You Can read nice Tips below. IMPORTANT, MUST BE READ...

0 Response to "sebar kan Menggapai Sunrise di Sikunir"

Posting Komentar