sebar kan Menggapai Gunung Prau, Sekali Lagi !

sebar kan Menggapai Gunung Prau, Sekali Lagi ! - Hallo gues welcome to my blog, you can read this article with title sebar kan Menggapai Gunung Prau, Sekali Lagi !, Happy reading

IMPORTANT, MUST BE READ... : sebar kan Menggapai Gunung Prau, Sekali Lagi !
Title : sebar kan Menggapai Gunung Prau, Sekali Lagi !

Read More


sebar kan Menggapai Gunung Prau, Sekali Lagi !

IMPORTANT, MUST BE READ...
Kata orang, ajaklah temanmu mendaki gunung, maka kau akan mengetahui kepribadian orisinil mereka menyerupai apa. Tapi apa jadinya, bila kita mendaki gunung bersama orang-orang yang gres saja kita kenal dalam lembaga para pejalan?


Kumandang Adzan Ashar bergema dari pengeras bunyi masjid di perkampungan Dieng Kulon. Kami segera mempersiapkan diri melaksanakan pendakian sore ini alasannya rombongan teman-teman Komunitas Backpacker Indonesia chapter Cilegon, Bandung, Banyuwangi, Purwokerto, dan Jakarta sudah tiba. Ini yaitu kali pertama saya bertatap muka pribadi dengan mereka, walaupun sebelumnya kami sudah cukup intens berkomunikasi lewat group Whatsapp. Jadwal pendakian kesudahannya kami olok-olokan menjadi sore hari mengingat anggota pendakian kali ini sebagian besar yaitu pemula. Awalnya kami berencana memulai pendakian sekitar pukul delapan malam, sekalian menanti kedatangan anggota dari Semarang. Namun mengingat kondisi dan jumlah anggota dalam pendakian cukup banyak, kesudahannya kami putuskan untuk mengajukan aktivitas pendakian.


Ada dua jalur pendakian resmi untuk menuju Gunung Prau. Jalur pertama melewati rute Patak Banteng. Rute ini memang memakan waktu pendakian lebih singkat, namun medan jalan yang harus dilalui terlalu menanjak, cukup berat bagi pemula menyerupai kami. Lalu kami menentukan jalur pendakian melalui Dieng Kulon yang dirasa cukup landai, walaupun memakan waktu pendakian yang sedikit lebih usang dibandingkan melalui jalur Patak Banteng. Usai menyiapkan perbekalan dan mengurus manajemen untuk melaksanakan pendakian, kami bertiga belas pun kesudahannya berangkat duluan, sedangkan empat orang anggota rombongan dari Semarang akan menyusul nanti malam.

Ujian pertama yang harus kami lalui yaitu jalur anak tangga dengan rute menanjak melewati pemukiman penduduk yang berada di belakang basecamp Dieng Kulon. Rasanya jalur ini cukup menciptakan nafas kami hampir putus melewati anak tangga yang menanjak. Usai melewati pemukiman penduduk, kami beristirahat sejenak di sekitar ladang, sekedar menghela nafas serta melaksanakan koordinasi ulang kepada semua anggota. Sebuah "ujian" fisik dan mental sebelum memulai pendakian yang sebenarnya. Kak Ika, seorang anggota pendakian hampir saja menentukan untuk membatalkan pendakian, namun kesudahannya beliau mengurungkan niatnya sesudah kami semua meyakinkan bahwa pendakian akan baik-baik saja.


Perjalanan pun kami lanjutkan, melewati kompleks makam berlanjut ke hamparan perkebunan warga yang tampak mengering alasannya kurangnya pasokan air di animo kemarau. Kami mulai berbincang dengan bunyi sedikit lantang untuk menghilangkan rasa lelah di badan. Mungkin inilah seninya melaksanakan pendakian. Kita akan merasa cepat bersahabat satu dengan yang lain walaupun gres saling kenal. Tak ada rasa canggung di antara kami, seolah sedang bertemu sobat usang kemudian terjalin dialog seru setelahnya. Tak terasa kami sudah melewati pos pendakian pertama dan siap memasuki tempat di dalam hutan.

Pendakian Malam di Dalam Hutan
Suara adzan Magrib sayup-sayup terdengar ketika kami mulai memasuki rute pendakian di dalam hutan. Kami berhenti sebentar, menyiapkan senter untuk penerangan dalam perjalanan. Tanjakan-tanjakan kecil mulai kami rasakan. Kami pun harus mulai arif mengatur pernafasan, selain ngos-ngosan dengan beban yang kami bawa, belum lagi ditambah dengan debu-debu pasir beterbangan juga cukup mengganggu pernafasan kami. Masker sudah siaga kami kenakan, namun saya sedikit kurang nyaman memakai masker, alasannya terasa kurang leluasa untuk bernafas, apalagi saya termasuk tipe orang yang cukup boros ketika bernafas.

Semakin malam udara terasa semakin dingin. Hembusan angin gunung menciptakan kami tidak mengecewakan menggigil, terlebih bila kami terlalu usang berhenti untuk beristirahat, udara hirau taacuh akan terasa semakin menusuk badan. Perjalanan yang cukup berat bagi saya yaitu sesudah melewati pos dua, yang ditandai dengan tapal batas antara Kabupaten Batang dan Wonosobo. Hutan semakin rapat, jalan setapak yang terasa semakin menanjak, dan adanya jurang di salah satu sisi jalan sehingga menciptakan kami harus lebih ekstra hati-hati.


Kami sempat kebingungan mencari jalan di salah satu persimpangan jalan. Tapi untunglah, teman-teman yang berada di barisan depan cukup sigap dalam mencari jalan. Pendakian pun sanggup kami lanjutkan melalui jalan yang benar. Ada "insiden" kecil ketika kami melalui sebuah tanjakan ke arah tower sinyal provider selular. Ada bunyi aneh, seolah ada seorang wanita yang sedang menertawakan kami dengan puas. Saya pikir bunyi tersebut paling-paling bunyi binatang atau primata. Tapi berdasarkan penerawangan sobat saya itu yaitu homogen bunyi kuntilanak ! Hahaha ! Untung saja mitra saya gres bercerita keesokan harinya ketika kami sudah turun dari Gunung Prau ! Malam itu pikiran kami biasa-biasa saja, tidak ada pikiran yang macam-macam, mungkin rasa lelah di tubuh serta terjangan dinginnya angin gunung menciptakan kami hanya fokus supaya segera tiba di tujuan dan mendirikan tenda, kemudian mengistirahatkan raga.

Semangat kami semakin memuncak, ketika Mas Vidi yang menjadi pemimpin kelompok kami berkata bila tujuan kami sudah dekat. Tinggal satu tanjakan lagi kami tiba di tempat untuk mendirikan tenda. Rasa lelah di raga memang sedikit meredupkan semangat kami. Kami banyak beristirahat sebelum memulai tanjakan lagi. Banyak pendaki lain yang beristirahat di titik sini. Ada beberapa bapak-bapak memperlihatkan gorengan. Tapi entah, mereka memang benar-benar menjual gorengan apa hanya sebuah candaan. Rasa lelah yang melanda serta dinginnya hembusan angin gunung menciptakan kami benar-benar tak menghiraukan dengan kondisi sekitar.

Kami pun melanjutkan perjalanan, mendaki tanjakan terakhir sebelum kesudahannya tiba di camping ground area. Cahaya senter pun semakin meredup sesudah hampir lima jam kami gunakan terus-menerus dalam perjalanan. Usai tiba di camping ground area, kami bergegas menentukan tempat yang cukup datar untuk mendirikan tenda. Kami harus berpacu dengan waktu, alasannya angin gunung berhembus semakin kencang dan menciptakan tubuh kami semakin menggigil kedinginan. Kencangnya hembusan angin sedikit menyulitkan dalam proses mendirikan tenda. Untunglah, beberapa tenda yang kami dirikan kesudahannya siap digunakan. Tanpa babibu kami memasukkan barang ke dalam tenda. Saya menentukan untuk segera beristirahat, menyiapkan sleeping bag untuk menghalau dinginnya angin gunung yang semakin kencang berhembus.

Semakin malam, semakin ramai pendaki yang berdatangan ke camping ground area. Saya tidak memperhatikan mereka dengan seksama, hanya saja bunyi mereka semakin malam terasa semakin riuh saja. Saya paksakan diri untuk tidur sambil menahan rasa lapar yang mendera, alasannya siang sebelum pendakian, saya lupa untuk makan. Mungkin rasa lelah sudah mengalahkan rasa lapar yang ada. Saya menentukan untuk minum beberapa teguk air kemudian memejamkan mata, daripada sibuk mengaduk-aduk isi tas untuk mencari makanan. Selain ribet, udara hirau taacuh pun menciptakan saya cukup malas untuk mencari kuliner di dalam tas.

Menikmati Sasana Pagi dari Ketinggian
Beberapa kali saya terbangun malam itu, kemudian melihat jam di tangan. Jika belum pagi saya mencoba tidur lagi, namun beberapa ketika terbangun lagi. Waktu sudah memperlihatkan pukul 04.20. Saya pun membangunkan Mas Yoyok dan Bang Adit, sobat satu tenda saya. "Mau lihat sunrise sekarang ga?". Mereka pun ikut terbangun dan bersiap diri keluar dari tenda. Kami melihat kawan-kawan di tenda lain masih tidur dengan lelap. Tak tega rasanya bila membangunkan mereka. Akhirnya kami bertiga melipir duluan untuk melihat matahari terbit di bukit sebelah.


Udara hirau taacuh pribadi menyapa begitu kami keluar dari tenda sehingga seketika tubuh saya menggigil kedinginan karenanya. Namun, sorot cahaya kemerahan di ufuk timur menjadi penyemangat saya untuk mendaki bukit sebelah, demi menyambut matahari pagi yang akan segera terbit. Kami mulai berjalan menyusuri camping ground area, kemudian melewati sebuah padang sabana. Ah, pantas saja banyak pendaki yang bilang bila mendaki Gunung Prau via Dieng Kulon mempunyai pemandangan yang lebih manis daripada melewati Patak Banteng. Usai melewati padang sabana, masih ada satu tanjakan lagi yang harus dilewati. Ujian terakhir, batin saya. Pemandangan pagi di atas sana seolah menjadi penyemangat untuk terus mendaki bukit. Beberapa kali saya harus berhenti untuk mengatur nafas. Tanjakannya memang tak seberapa tinggi. Namun lagi-lagi debu halus masih rajin menyapa.



Ketika hingga di puncak bukit saja pun pribadi mengambil posisi duduk, meluruskan kedua kaki, kemudian mencoba menikmati suasana pagi. Ritual itu memang tidak sanggup saya lakukan lama-lama, alasannya pendaki lain sudah berhamburan tiba untuk menyapa mentari pagi. Deretan pegunungan nampak terang dari atas bukit sana. Semburat warna keemasan terlihat di cakrawala, kemudian perlahan-lahan matahari pun muncul dari ufuk timur sana. Semua terlihat bersemangat pagi itu untuk mengabadikan gambar.


Saya mengamati episode barat puncak bukit ini. Di sana terlihat perkampungan Dieng, pemandangan Telaga Warna, serta gugusan perbukitan yang dijadikan ladang perkebunan oleh warga. Kami bertiga tidak berlama-lama di puncak bukit. Kami kemudian menentukan kembali ke tenda, menyapa mitra yang lain dan tentu saja rombongan dari Semarang yang menyusul kami tadi malam. Pagi itu cukup meriah, kami menghabiskan pagi dengan menciptakan sarapan bersama, bercanda bersama, dan diakhiri dengan sesi foto bersama. Sekitar pukul 07.30 kami mulai berbenah, membereskan tenda dan barang-barang, kemudian bersiap melaksanakan perjalanan pulang. Sebuah pengalaman pendakian yang menarik bersama orang-orang yang gres saja saya kenal !


IMPORTANT, MUST BE READ...

Thank for your attention sebar kan Menggapai Gunung Prau, Sekali Lagi !

my blog sebar kan Menggapai Gunung Prau, Sekali Lagi !, Have a nice day.

Now you read article sebar kan Menggapai Gunung Prau, Sekali Lagi ! this permalink article is http://alasjogja.blogspot.com/2017/11/sebar-kan-menggapai-gunung-prau-sekali.html Thank you and Best regards. You Can read nice Tips below. IMPORTANT, MUST BE READ...

0 Response to "sebar kan Menggapai Gunung Prau, Sekali Lagi !"

Posting Komentar