IMPORTANT, MUST BE READ... : sebar kan Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi 2016 - Sak Corot Dadi Seduluran !
Title : sebar kan Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi 2016 - Sak Corot Dadi Seduluran !
sebar kan Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi 2016 - Sak Corot Dadi Seduluran !
IMPORTANT, MUST BE READ... Kesibukan menjelang perhelatan program Festival Ngopi Sepuluh Ewu nampak terlihat dari warga Desa Kemiren yang mulai beramai-ramai membersihkan adegan halaman depan rumah, menata meja dan dingklik dengan rapi, memasang lampu hias untuk menambah semarak suasana di malam hari. Tak lupa musik khas Banyuwangian diperdengarkan melalui pengeras bunyi yang semakin menambah meriah suasana desa.
Suasana meriah begitu kental terasa di sepanjang jalan utama Desa Kemiren petang itu. Seluruh penduduk desa nampak sibuk membersihkan halaman depan rumah sambil menata meja dan dingklik untuk menyambut tamu yang akan hadir dalam program Festival Ngopi Sepuluh Ewu yang rutin diselenggarakan setiap tahun di Desa Kemiren, desa budbahasa masyarakat Using, suku orisinil Banyuwangi.
Hampir seluruh ruas jalan utama di Desa Kemiren sudah ditutup aksesnya untuk kendaraan bermotor semenjak menjelang petang guna menyambut program Festival Ngopi Sepuluh Ewu yang akan digelar malam ini. Jalan desa sepanjang kurang lebih 1.5 kilometer ini akan steril dari kendaraan bermotor sehingga pengunjung sanggup leluasa berjalan kaki sepanjang jalan desa untuk menikmati Festival Ngopi Sepuluh Ewu yang memasuki tahun keempat penyelenggaraannya tahun ini.
Suasana meriah begitu kental terasa di sepanjang jalan utama Desa Kemiren petang itu. Seluruh penduduk desa nampak sibuk membersihkan halaman depan rumah sambil menata meja dan dingklik untuk menyambut tamu yang akan hadir dalam program Festival Ngopi Sepuluh Ewu yang rutin diselenggarakan setiap tahun di Desa Kemiren, desa budbahasa masyarakat Using, suku orisinil Banyuwangi.
Hampir seluruh ruas jalan utama di Desa Kemiren sudah ditutup aksesnya untuk kendaraan bermotor semenjak menjelang petang guna menyambut program Festival Ngopi Sepuluh Ewu yang akan digelar malam ini. Jalan desa sepanjang kurang lebih 1.5 kilometer ini akan steril dari kendaraan bermotor sehingga pengunjung sanggup leluasa berjalan kaki sepanjang jalan desa untuk menikmati Festival Ngopi Sepuluh Ewu yang memasuki tahun keempat penyelenggaraannya tahun ini.
![]() |
sajian tape buntut yang menyedot rasa ingin tau kami |
Keseruan dan kemeriahan Festival Ngopi Sepuluh Ewu semakin terasa ketika malam tiba. Semua warga masyarakat dan pengunjung yang tiba tumpah ruah di sepanjang jalan utama Desa Kemiren. Dengan ramah, para tuan rumah ini menyambut dan mempersilahkan para pengunjung untuk tiba bertamu di halaman rumah mereka.
Ide program Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini berawal dari tradisi ngopi bersama yang dilakukan oleh masyarakat Using di Desa Kemiren ini. Masyarakat Using di Kemiren mempunyai istilah "sak corot dadi seduluran" yang berarti "sekali seduh kita bersaudara". Melalui ngopi bareng inilah menjadi media untuk mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan di antara sesama.
Para tuan rumah mengenakan pakaian terbaik mereka. Pakaian atasan berwarna hitam yang menjadi pakaian budbahasa khas Suku Using. Mereka menyambut para tamu dengan ramah dan mempersilahkan siapapun unuk mampir merasakan kopi dan hidangan yang sudah tersaji di atas meja.
Di atas meja sudah tertata rapi aneka jajanan tradisional khas masyarakat Using ibarat apem, ketan kirip, masakan ringan manis cucur, tape buntut, lepet, dan sebagainya. Awalnya saya agak merasa aneh dan sungkan untuk bertamu di tempat orang yang sama sekali tidak saya kenal. Namun, dengan sapaan dan dialog hangat dari sang pemilik rumah, menciptakan suasana menjadi cair dan terasa akrab. Seperti sedang berkunjung ke tempat suadara yang jauh rasanya.
Malam itu saya mengunjungi dua rumah yang berbeda. Walaupun mempunyai hidangan jajanan tradisional yang rata-rata sama, namun cara penyajian kopi mereka berbeda.
Di rumah pertama, saya mendapati sajian kopi dengan tipe biji kopi yang digiling lembut sehingga ampas kopi tidak terlalu terasa ketika diseduh. Sedangkan di rumah kedua, saya mendapati sajian kopi dengan teknik giling yang tidak terlalu halus sehingga ampas seduhan kopi masih terasa. Hal ini menandakan bahwa walaupun berasal dari biji kopi yang sama, namun setiap keluarga mempunyai kebiasaan sendiri untuk mengolah dan menyajian minuman kopi ini.
Kopi yang dipakai untuk program Festival Ngopi Sepuluh Ewu ialah kopi orisinil Banyuwangi, ibarat dari tempat Kalipuro, Kalibaru, dan sekitar kaki Gunung Ijen. Keunikan lain dari program Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini ialah cangkir yang dipakai untuk menghidangkan kopi. Jika diamati, bentuk dan motif cangkir yang dipakai ialah sama.
Di dalam masyarakat Using sendiri memang mempunyai sebuah tradisi untuk menghadiahkan cangkir kopi dalam program pernikahan. Maka tak heran, jikalau semua keluarga mempunyai bentuk dan motif cangkir yang sama. Konon, setiap keluarga paling tidak mempunyai dua set cangkir kopi ini. Di dalam program Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini sudah disiapkan kurang lebih sepuluh ribu cangkir kopi untuk menemani para pengunjung yang hadir dalam program ini sampai tengah malam nanti.
Usai menyesap satu cangkir kopi, saya dan kawan-kawan berpamitan kepada si empunya rumah. Kami melanjutkan perjalanan dengan menyusuri jalanan desa yang ramai dan meriah. Tampak anak-anak, muda-mudi, orang tua, tumpah ruah menikmati sajian kopi dan jajanan yang disediakan oleh masyarakat Desa Kemiren ini.
Tak hanya meja-meja berisi jajanan dan kopi saja, beberapa panggung hiburan juga disediakan oleh panitia untuk memeriahkan acara. Ada panggung musik, ada pula panggung tari. Nampak beberapa kelompok seni barongan dan jaran goyang khas Kemiren bersiap untuk memeriahkan acara.
Di program Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini juga terdapat stand edukasi mengenai kopi. Para pengunjung diajak untuk berguru bagaimana untuk mengolah kopi dengan baik bersama barista yang terlatih. Selain itu pengunjung juga diajak untuk coffee cupping secara gratis.
Beberapa stand juga mengatakan produk kopi yang sudah dikemas dengan menarik untuk dibawa sebagai buah tangan. Produk kopi yang ditawarkan orisinil produksi Banyuwangi, salah satunya ialah brand "Kopi Jaran Goyang" yang merupakan produk andalan orisinil dari Desa Kemiren.
Beranjak dari stand edukasi kopi, ada hal menarik yang saya temui, yaitu kegiatan roasting kopi tradisional yang dilakukan oleh ibu-ibu paruh baya suku Using. Beliau melaksanakan proses roasting kopi dengan cara menyangrai biji kopi di atas wajan tanah liat dengan materi bakar kayu. Proses roasting kopi secara tradisional ini sontak mencuri perhatian para pengunjung yang datang. Mereka berebut untuk mengambil gambar sang simbah yang sedang melaksanakan proses roasting kopi ini.
Langkah kaki saya berlanjut menuju adegan bawah desa. Lampu-lampu hias terlihat semakin semarak memeriahkan acara. Di sini saya menemui beberapa jajanan tradisional lain yang tidak saya lihat sebelumnya. Ada cenil, serabi khas masyarakat Using, dan juga percet, yaitu jajanan tradisional yang terbuat dari materi pisang. Jajanan ini ditata anggun di atas meja.
Si empunya rumah dengan telaten menjelaskan satu per satu jajanan tradisional yang disajikan di atas meja ini kepada kami. Sayang, kami tidak sanggup merasakan sebab jajanan ini sudah jadi pesanan orang, mungkin tamu khusus yang tiba di program Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini barangkali.
Menjelang pukul delapan malam, suasana Desa Kemiren semakin ramai didatangi pengunjung. Gamelan pengiring tari barongan dan jaran goyang mulai nyaring ditabuh. Acara ceremonial yang dilakukan oleh jajaran pemerintah tempat setempat sudah dihelat menandakan program Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini resmi dibuka. Saya dan kawan-kawan tetapkan untuk kembali ke penginapan dan tidak melanjutkan program ngopi. Besok pagi-pagi sekali kami berencana mengejar matahari terbit di Pantai Boom sehingga kami putuskan untuk beristirahat lebih cepat biar stamina kembali prima.
Acara Festival Ngopi Sepuluh Ewu memang sebuah program yang menarik untuk dikunjungi. Para pengunjung sanggup membaur bersama masyarakat Using yang tinggal di Desa Kemiren ini. Merasakan keramahan dan kehangatan masyarakat setempat serta sajian kopi yang nikmat dengan jajanan tradisional yang khas menjadi kenangan tersendiri bagi saya ketika menyambangi Bumi Blambangan ini.
Ide program Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini berawal dari tradisi ngopi bersama yang dilakukan oleh masyarakat Using di Desa Kemiren ini. Masyarakat Using di Kemiren mempunyai istilah "sak corot dadi seduluran" yang berarti "sekali seduh kita bersaudara". Melalui ngopi bareng inilah menjadi media untuk mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan di antara sesama.
![]() |
ibu pemilik rumah sedang menyiapkan sajian kopi untuk para tamu yang berkunjung |
Di atas meja sudah tertata rapi aneka jajanan tradisional khas masyarakat Using ibarat apem, ketan kirip, masakan ringan manis cucur, tape buntut, lepet, dan sebagainya. Awalnya saya agak merasa aneh dan sungkan untuk bertamu di tempat orang yang sama sekali tidak saya kenal. Namun, dengan sapaan dan dialog hangat dari sang pemilik rumah, menciptakan suasana menjadi cair dan terasa akrab. Seperti sedang berkunjung ke tempat suadara yang jauh rasanya.
Malam itu saya mengunjungi dua rumah yang berbeda. Walaupun mempunyai hidangan jajanan tradisional yang rata-rata sama, namun cara penyajian kopi mereka berbeda.
Di rumah pertama, saya mendapati sajian kopi dengan tipe biji kopi yang digiling lembut sehingga ampas kopi tidak terlalu terasa ketika diseduh. Sedangkan di rumah kedua, saya mendapati sajian kopi dengan teknik giling yang tidak terlalu halus sehingga ampas seduhan kopi masih terasa. Hal ini menandakan bahwa walaupun berasal dari biji kopi yang sama, namun setiap keluarga mempunyai kebiasaan sendiri untuk mengolah dan menyajian minuman kopi ini.
Kopi yang dipakai untuk program Festival Ngopi Sepuluh Ewu ialah kopi orisinil Banyuwangi, ibarat dari tempat Kalipuro, Kalibaru, dan sekitar kaki Gunung Ijen. Keunikan lain dari program Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini ialah cangkir yang dipakai untuk menghidangkan kopi. Jika diamati, bentuk dan motif cangkir yang dipakai ialah sama.
Di dalam masyarakat Using sendiri memang mempunyai sebuah tradisi untuk menghadiahkan cangkir kopi dalam program pernikahan. Maka tak heran, jikalau semua keluarga mempunyai bentuk dan motif cangkir yang sama. Konon, setiap keluarga paling tidak mempunyai dua set cangkir kopi ini. Di dalam program Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini sudah disiapkan kurang lebih sepuluh ribu cangkir kopi untuk menemani para pengunjung yang hadir dalam program ini sampai tengah malam nanti.
![]() |
keriangan satu rombongan keluarga ketika menikmati kopi di program Festival Ngopi Sepuluh Ewu |
Usai menyesap satu cangkir kopi, saya dan kawan-kawan berpamitan kepada si empunya rumah. Kami melanjutkan perjalanan dengan menyusuri jalanan desa yang ramai dan meriah. Tampak anak-anak, muda-mudi, orang tua, tumpah ruah menikmati sajian kopi dan jajanan yang disediakan oleh masyarakat Desa Kemiren ini.
Tak hanya meja-meja berisi jajanan dan kopi saja, beberapa panggung hiburan juga disediakan oleh panitia untuk memeriahkan acara. Ada panggung musik, ada pula panggung tari. Nampak beberapa kelompok seni barongan dan jaran goyang khas Kemiren bersiap untuk memeriahkan acara.
Di program Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini juga terdapat stand edukasi mengenai kopi. Para pengunjung diajak untuk berguru bagaimana untuk mengolah kopi dengan baik bersama barista yang terlatih. Selain itu pengunjung juga diajak untuk coffee cupping secara gratis.
Beberapa stand juga mengatakan produk kopi yang sudah dikemas dengan menarik untuk dibawa sebagai buah tangan. Produk kopi yang ditawarkan orisinil produksi Banyuwangi, salah satunya ialah brand "Kopi Jaran Goyang" yang merupakan produk andalan orisinil dari Desa Kemiren.
Beranjak dari stand edukasi kopi, ada hal menarik yang saya temui, yaitu kegiatan roasting kopi tradisional yang dilakukan oleh ibu-ibu paruh baya suku Using. Beliau melaksanakan proses roasting kopi dengan cara menyangrai biji kopi di atas wajan tanah liat dengan materi bakar kayu. Proses roasting kopi secara tradisional ini sontak mencuri perhatian para pengunjung yang datang. Mereka berebut untuk mengambil gambar sang simbah yang sedang melaksanakan proses roasting kopi ini.
Langkah kaki saya berlanjut menuju adegan bawah desa. Lampu-lampu hias terlihat semakin semarak memeriahkan acara. Di sini saya menemui beberapa jajanan tradisional lain yang tidak saya lihat sebelumnya. Ada cenil, serabi khas masyarakat Using, dan juga percet, yaitu jajanan tradisional yang terbuat dari materi pisang. Jajanan ini ditata anggun di atas meja.
Si empunya rumah dengan telaten menjelaskan satu per satu jajanan tradisional yang disajikan di atas meja ini kepada kami. Sayang, kami tidak sanggup merasakan sebab jajanan ini sudah jadi pesanan orang, mungkin tamu khusus yang tiba di program Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini barangkali.
![]() |
jajanan yang sudah dipesan dan bikin penasaran |
![]() |
panggung hiburan di program Festival Ngopi Sepuluh Ewu |
IMPORTANT, MUST BE READ...
Thank for your attention sebar kan Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi 2016 - Sak Corot Dadi Seduluran !
my blog sebar kan Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi 2016 - Sak Corot Dadi Seduluran !, Have a nice day.
0 Response to "sebar kan Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi 2016 - Sak Corot Dadi Seduluran !"
Posting Komentar