IMPORTANT, MUST BE READ... : sebar kan Sarapan Nasi Liwet Bu Sri di Pasar Gede Solo
Title : sebar kan Sarapan Nasi Liwet Bu Sri di Pasar Gede Solo
sebar kan Sarapan Nasi Liwet Bu Sri di Pasar Gede Solo
IMPORTANT, MUST BE READ... Solo menjadi salah satu kota yang cukup ngangenin bagi saya. Selain ritme kehidupan dan nuansa kotanya, makanan tradisionalnya yang khas juga menjadi alasan aku untuk selalu kembali menyambangi kota ini.
Suasana pagi di Kota Solo pagi itu terasa begitu syahdu. Mendung tipis menggelayut di antara mega. Pagi itu aku janjian bertemu dengan mitra di daerah Pasar Gede Solo, sekalian sarapan pagi dan mencari beberapa jajajan tradisional. Dari Hotel Loji, aku sengaja menentukan memakai transportasi becak supaya lebih sanggup menikmati suasana pagi di Kota Solo ini. Jalanan di Solo pagi itu terasa cukup ramai dengan lalu-lalang kendaraan yang menuju ke tempat kerja. Beberapa pedagang sudah nampak sibuk membuka toko dan membenahi lapak dagangan mereka. Akhirnya, sesudah sepuluh menit perjalanan aku pun tiba di daerah Pasar Gede Hardjonagoro.
Sesuai dengan isyarat kawan, aku pun menanti kedatangannya sempurna di area pintu masuk pasar. Nampak para penjual dan pembeli sudah sibuk dengan acara jual-beli. Oh, iya, aku ingat, di akrab pintu masuk pasar ini biasanya terdapat penjual pecel bodoh yang yummy itu. Sayang, sesudah aku berkeliling dan bertanya kepada tukang parkir, aku mendapat isu jikalau dia sedang tidak berjualan hari ini. "Duh mas, kalau pecel bodoh biasanya hanya jualan hari Sabtu dan Minggu, kalau hari biasa gini dia tidak jualan", terang bapak tukang parkir yang berjaga di sekitar pintu masuk pasar. Ketika aku sedang asyik mengamati lapak pedagang di akrab pintu masuk pasar, mitra aku pun tiba menghampiri. "Yuk, cobain nasi liwet, rasanya gak kalah yummy sama yang di Keprabon !" ajaknya pagi itu.
Dia mengajak aku menuju ke gedung sebelah barat pasar (gedung pasar yang berada di seberang pintu masuk utama Pasar Gede). Dahulu, episode ini dipakai sebagai pasar ikan yang menjual aneka macam macam ikan hias. Kini, sesudah pasar ikan dipindahkan ke Pasar Depok, episode pasar ini dipakai untuk pedagang buah dan foodcourt di lantai atasnya. Kami pun eksklusif menuju ke lantai dua episode pasar ini. Tak jauh dari tangga, kios nasi liwet Bu Sri eksklusif sanggup ditemukan. Tanpa babibu aku pun eksklusif memesan satu porsi nasi liwet.
Lapak Nasi Liwet Bu Sri memang nampak sederhana. Hanya terdapat dua buah meja panjang dan tiga buah dingklik panjang yang digelar di dalam kiosnya. Tak banyak atribut yang dipasang di dalam ruangan, hanya beberapa spanduk nama warung saja yang dipasang di sana. Tak usang menunggu, satu piring nasi liwet pun sudah tersaji di atas meja. Nasi liwet merupakan sajian khas Kota Solo yang terdiri dari nasi gurih yang diberi lauk suwiran daging ayam, tahu terik (tahu yang dimasak bumbu kuning), telur masak kecap, kemudian disiram dengan sambel goreng yang biasanya terbuat dari labu siam dan diberi kuah areh, yaitu kuah yang berasal dari santan yang diberi bumbu kemudian dikentalkan. Nasi Liwet Bu Sri ini mempunyai cita rasa yang pas di pengecap saya. Penyajiannya pun cukup tradisional dan menggugah selera. Nasi liwet disajikan di atas piring rotan yang beralaskan daun pisang. Aromanya makin khas dan menggugah selera. Cara memakan nasi liwet harus sekaligus dalam satu suapan, yaitu nasi, sayur labu, daging ayam dan telur supaya perpaduan antara rasa gurih dari nasi serta lauknya sert cita rasa pedas dari sayur labu siam beradu pas dalam indera pengecap. Jika masih kurang pedas, sanggup ditambahkan sambal supaya cita rasanya makin nikmat.
Porsi nasi liwet di warung Bu Sri ini sanggup dikatakan cukupan. Tidak terlalu banyak, pun juga tidak terlalu sedikit, porsinya cukupan untuk sarapan. Satu porsi nasi liwet di warung ini dijual seharga Rp 8.000,00 saja (data April 2016). Harga yang cukup murah untuk sepiring nasi liwet yang nikmat. Satu kekurangan warung ini yaitu tidak tersedianya minuman (baik hangat maupun dingin). Warung ini hanya menyediakan air mineral kemasan gelasan saja sebagai penggantinya. Padahal akan lebih nikmat jikalau menyantap nasi liwet dengan teh hangat anggun untuk sarapan.
Ada yang bilang jikalau nasi liwet Solo ini menyerupai mirip nasi ayam khas Semarang. Hal yang membedakan nasi liwet dengan nasi ayam yaitu cara penyajiannya. Sego liwet cenderung disajikan kering, tanpa diberi kuah yang melimpah menyerupai nasi ayam yang dijual di Semarang. Hal yang menjadi pembeda lainnya yaitu adanya kuah areh yang menjadi semacam signature dish sajian sego liwet khas Solo ini.
Menurut penuturan Ko Halim, nasi liwet Bu Sri ini cukup populer semenjak masa orde baru. Beliau pernah diundang khusus ke istana negara untuk menyajikan nasi liwet ini. Usaha warung nasi liwet Bu Sri sekarang ditersukan oleh adik perempuannya dengan masih mempertahankan resep aslinya sehingga cita rasa nasi liwet yang dijajakan masih terjaga. Sebelum adanya renovasi bangunan pasar, warung nasi liwet Bu Sri ini menggelar lapak dagangannya di emperan pasar. Namun, semenjak awal tahun 2016 ini, warung nasi liwet Bu Sri pindah di lantai dua foodcourt pasar. "Semenjak dipindah ke lantai dua emang agak sepi mas pembelinya, banyak yang tidak tahu kalau pindah ke sini, ada pula langganan yang sudah manula tidak berpengaruh lagi naik tangga untuk ke sini. Semoga sih sanggup ramai lagi lapak dagangannya", keluh sang penjual kepada aku menutup perbincangan pagi itu.
keterangan :
Warung Nasi Liwet "Bu Sri" Pasar Gede
Foodcourt lantai dua Pasar Gede Solo (gedung episode barat, seberang pintu masuk utama)
buka setiap hari, kecuali hari Senin, dari pukul 05.30 - 12.30 WIB
Suasana pagi di Kota Solo pagi itu terasa begitu syahdu. Mendung tipis menggelayut di antara mega. Pagi itu aku janjian bertemu dengan mitra di daerah Pasar Gede Solo, sekalian sarapan pagi dan mencari beberapa jajajan tradisional. Dari Hotel Loji, aku sengaja menentukan memakai transportasi becak supaya lebih sanggup menikmati suasana pagi di Kota Solo ini. Jalanan di Solo pagi itu terasa cukup ramai dengan lalu-lalang kendaraan yang menuju ke tempat kerja. Beberapa pedagang sudah nampak sibuk membuka toko dan membenahi lapak dagangan mereka. Akhirnya, sesudah sepuluh menit perjalanan aku pun tiba di daerah Pasar Gede Hardjonagoro.
Sesuai dengan isyarat kawan, aku pun menanti kedatangannya sempurna di area pintu masuk pasar. Nampak para penjual dan pembeli sudah sibuk dengan acara jual-beli. Oh, iya, aku ingat, di akrab pintu masuk pasar ini biasanya terdapat penjual pecel bodoh yang yummy itu. Sayang, sesudah aku berkeliling dan bertanya kepada tukang parkir, aku mendapat isu jikalau dia sedang tidak berjualan hari ini. "Duh mas, kalau pecel bodoh biasanya hanya jualan hari Sabtu dan Minggu, kalau hari biasa gini dia tidak jualan", terang bapak tukang parkir yang berjaga di sekitar pintu masuk pasar. Ketika aku sedang asyik mengamati lapak pedagang di akrab pintu masuk pasar, mitra aku pun tiba menghampiri. "Yuk, cobain nasi liwet, rasanya gak kalah yummy sama yang di Keprabon !" ajaknya pagi itu.
Dia mengajak aku menuju ke gedung sebelah barat pasar (gedung pasar yang berada di seberang pintu masuk utama Pasar Gede). Dahulu, episode ini dipakai sebagai pasar ikan yang menjual aneka macam macam ikan hias. Kini, sesudah pasar ikan dipindahkan ke Pasar Depok, episode pasar ini dipakai untuk pedagang buah dan foodcourt di lantai atasnya. Kami pun eksklusif menuju ke lantai dua episode pasar ini. Tak jauh dari tangga, kios nasi liwet Bu Sri eksklusif sanggup ditemukan. Tanpa babibu aku pun eksklusif memesan satu porsi nasi liwet.
Lapak Nasi Liwet Bu Sri memang nampak sederhana. Hanya terdapat dua buah meja panjang dan tiga buah dingklik panjang yang digelar di dalam kiosnya. Tak banyak atribut yang dipasang di dalam ruangan, hanya beberapa spanduk nama warung saja yang dipasang di sana. Tak usang menunggu, satu piring nasi liwet pun sudah tersaji di atas meja. Nasi liwet merupakan sajian khas Kota Solo yang terdiri dari nasi gurih yang diberi lauk suwiran daging ayam, tahu terik (tahu yang dimasak bumbu kuning), telur masak kecap, kemudian disiram dengan sambel goreng yang biasanya terbuat dari labu siam dan diberi kuah areh, yaitu kuah yang berasal dari santan yang diberi bumbu kemudian dikentalkan. Nasi Liwet Bu Sri ini mempunyai cita rasa yang pas di pengecap saya. Penyajiannya pun cukup tradisional dan menggugah selera. Nasi liwet disajikan di atas piring rotan yang beralaskan daun pisang. Aromanya makin khas dan menggugah selera. Cara memakan nasi liwet harus sekaligus dalam satu suapan, yaitu nasi, sayur labu, daging ayam dan telur supaya perpaduan antara rasa gurih dari nasi serta lauknya sert cita rasa pedas dari sayur labu siam beradu pas dalam indera pengecap. Jika masih kurang pedas, sanggup ditambahkan sambal supaya cita rasanya makin nikmat.
Porsi nasi liwet di warung Bu Sri ini sanggup dikatakan cukupan. Tidak terlalu banyak, pun juga tidak terlalu sedikit, porsinya cukupan untuk sarapan. Satu porsi nasi liwet di warung ini dijual seharga Rp 8.000,00 saja (data April 2016). Harga yang cukup murah untuk sepiring nasi liwet yang nikmat. Satu kekurangan warung ini yaitu tidak tersedianya minuman (baik hangat maupun dingin). Warung ini hanya menyediakan air mineral kemasan gelasan saja sebagai penggantinya. Padahal akan lebih nikmat jikalau menyantap nasi liwet dengan teh hangat anggun untuk sarapan.
Ada yang bilang jikalau nasi liwet Solo ini menyerupai mirip nasi ayam khas Semarang. Hal yang membedakan nasi liwet dengan nasi ayam yaitu cara penyajiannya. Sego liwet cenderung disajikan kering, tanpa diberi kuah yang melimpah menyerupai nasi ayam yang dijual di Semarang. Hal yang menjadi pembeda lainnya yaitu adanya kuah areh yang menjadi semacam signature dish sajian sego liwet khas Solo ini.
Menurut penuturan Ko Halim, nasi liwet Bu Sri ini cukup populer semenjak masa orde baru. Beliau pernah diundang khusus ke istana negara untuk menyajikan nasi liwet ini. Usaha warung nasi liwet Bu Sri sekarang ditersukan oleh adik perempuannya dengan masih mempertahankan resep aslinya sehingga cita rasa nasi liwet yang dijajakan masih terjaga. Sebelum adanya renovasi bangunan pasar, warung nasi liwet Bu Sri ini menggelar lapak dagangannya di emperan pasar. Namun, semenjak awal tahun 2016 ini, warung nasi liwet Bu Sri pindah di lantai dua foodcourt pasar. "Semenjak dipindah ke lantai dua emang agak sepi mas pembelinya, banyak yang tidak tahu kalau pindah ke sini, ada pula langganan yang sudah manula tidak berpengaruh lagi naik tangga untuk ke sini. Semoga sih sanggup ramai lagi lapak dagangannya", keluh sang penjual kepada aku menutup perbincangan pagi itu.
keterangan :
Warung Nasi Liwet "Bu Sri" Pasar Gede
Foodcourt lantai dua Pasar Gede Solo (gedung episode barat, seberang pintu masuk utama)
buka setiap hari, kecuali hari Senin, dari pukul 05.30 - 12.30 WIB
IMPORTANT, MUST BE READ...
Thank for your attention sebar kan Sarapan Nasi Liwet Bu Sri di Pasar Gede Solo
my blog sebar kan Sarapan Nasi Liwet Bu Sri di Pasar Gede Solo, Have a nice day.
0 Response to "sebar kan Sarapan Nasi Liwet Bu Sri di Pasar Gede Solo"
Posting Komentar