IMPORTANT, MUST BE READ... : sebar kan Tahun Baru - Sebuah Refleksi dan Resolusi
Title : sebar kan Tahun Baru - Sebuah Refleksi dan Resolusi
sebar kan Tahun Baru - Sebuah Refleksi dan Resolusi
IMPORTANT, MUST BE READ... Tak terasa ya, kita sudah kembali menginjak tahun yang baru, tahun 2017, tahun ayam api dalam tradisi Tionghoa. Satu tahun rasanya begitu cepat berlalu. Tentu banyak cerita, pengalaman dan pencapaian hidup yang kita peroleh di tahun 2016 lalu. Bak sebuah tradisi, awal tahun biasanya identik dengan aktivitas untuk merefleksi diri atas pencapaian yang telah kita peroleh di tahun sebelumnya serta tak lupa menciptakan daftar resolusi yang ingin dicapai di tahun gres ini.
Tahun 2016 kemudian menjadi tahun yang cukup gonjang-ganjing dalam perjalanan hidup saya #halah. Sudah satu tahun lebih saya masih berjuang dan berjibaku ke sana kemari mencari pekerjaan tetap sesudah menuntaskan kursi perkuliahan. Berulang kali mengikuti test seleksi karyawan di beberapa perusahaan namun harus terhenti alasannya ialah gagal di tengah jalan. Awalnya saya masih merasa berat hati dalam mendapatkan kenyataan, namun akhirnya, bertahap saya mulai bisa berguru untuk legowo dengan kenyataan. Ya, anggap saja mungkin memang belum rejekinya di situ. Perlahan-lahan saya mulai bisa berguru "ikhlas" ketika apa yang saya ingin capai dan dapatkan ternyata belum bisa kesampaian. Mungkin saya harus berusaha lebih keras lagi untuk ke depan.
Awal tahun 2016 juga menjadi salah satu tahun yang tak terlupakan bagi saya. Melewatkan malam pergantian usia ke dua puluh enam di dalam perjalanan bus antar kota dari Jogja menuju Surabaya (kemudian terngiang lagu Never Grow Old -nya The Cranberries). Bukan perjalanan untuk jalan-jalan, melainkan untuk mendaftar lamaran pekerjaan di Kota Pahlawan tersebut. Merayakan malam pergantian usia dalam suasana sedikit prihatin, antri di antara kerumunan para pencari kerja lainnya, bangun seharian dari pagi hingga sore untuk memverifikasi berkas lamaran yang saya usikan ke perusahaan. Well, pengalaman tersebut menjadi kado sekaligus kenangan terindah di hari ulang tahun yang tak akan pernah saya lupakan.
Tahun 2016 juga menjadi tahun di mana saya mulai berani bepergian untuk jangka waktu yang lebih usang dari biasanya. Jika sebelumnya saya hanya bepergian dengan jangka waktu sekitar 3 atau 4 hari saja, kini saya sudah bisa berguru mengemasi barang untuk jangka waktu 7 hingga 10 hari perjalanan. Mencuri-curi waktu untuk melaksanakan perjalanan menuju pesisir selatan Jember dan Banyuwangi di sela-sela saya mencari pekerjaan masih sempat saya lakukan. Kali ini Tanjung Papuma dan Pantai Pulau Merah yang menjadi pembuka perjalanan saya di awal tahun 2016.
"Bukannya kau sudah pernah pergi ke Papuma, Dik?"
Ya, beberapa tahun kemudian saya pernah bepergian ke sana, tapi pesona Papuma masih menarik untuk dikunjungi. Bisa menikmati sunset dan sunrise di satu lokasi menjadi daya tarik tersendiri. Pengalaman menanti senja di Pantai Pulau Merah juga menjadi kesan tersendiri. Menebus kekecewaan alasannya ialah kedatangan pertama saya di Pantai Pulau Merah pada tahun 2015 silam sudah terlampau malam, kesudahannya saya pun mengulangi perjalanan ke pesisir selatan Kabupaten Banyuwangi tersebut. Kedatangan saya semakin terasa berkesan alasannya ialah waktu itu bertepatan dengan demam isu buah naga merah yang hargannya terlampau sangat murah. Di sekitar pantai tersebut memang cukup populer sebagai kawasan penghasil buah naga merah. Sayangnya, ketika panen raya tiba, harga buah naga tersebut jatuh dan dijual murah, per-kilonya hanya dihargai tiga ribu hingga lima ribu rupiah saja.
Tahun 2016 juga banyak memberi saya kesempatan untuk terus berguru dan berbenah diri dalam hal tulis-menulis. Beberapa tawaran job review dan kolaborasi sempat mampir untuk mengisi blog ini. Walaupun jujur semakin hari, saya merasa semakin malas untuk menulis di laman ini. Tak banyak goresan pena yang berhasil saya posting di tahun 2016. Jujur, tahun 2016 menjadi tahun di mana saya mengalami sedikit perdebatan batin #ciyeee. Perdebatan untuk menentukan antara menekuni hobi dan dijadikan sebagai profesi atau serius berkutat mencari pekerjaan tetap. Awalnya saya berpikir, tampaknya yummy menimbulkan hobi sebagai pekerjaan utama. I mean, menekuni hobi tulis-menulis sebagai sumber penghasilan utama. Namun, sesudah berpikir sejenak, saya tetapkan untuk memisahkan antara hobi dan pekerjaan. Setidaknya, di ketika saya bosan bekerja, saya masih bisa melarikan diri untuk melaksanakan hobi untuk mengalihkan kepenatan saya itu.
"Lalu, apa keputusan yang menurutmu yang paling berat untuk diambil di tahun 2016 kemudian Dik?"
Apa ya? Memutuskan untuk pindah dan tidak menetap lagi di Jogja. Terhitung sejak selesai bulan Juli 2016 saya sudah tidak menetap lagi di Jogja. Saya tetapkan untuk pulang ke kampung halaman saya di Sragen untuk beberapa waktu ke depan. Keputusan untuk pindah dari Jogja bagi saya merupakan salah satu keputusan hidup paling besar yang saya ambil di tahun 2016 lalu. Hampir dua ahad lamanya saya mencicipi galau akut ketika mencicil mengemasi barang-barang yang ada di dalam kost-an. Jogja bagi saya sudah ibarat rumah kedua, di mana saya berguru banyak hal ihwal kehidupan di sana. Meninggalkan teman-teman dan komunitas di sana, meninggalkan segala bentuk kenyamanan yang disajikan oleh Jogja, termasuk meninggalkan pondasi karir yang sudah mulai saya rintis, dan harus memulai kehidupan gres dari nol lagi di tempat gres menjadi sebuah keputusan yang cukup berat dalam hidup saya. Banyak yang menyayangkan pilihan saya tersebut. Ya, namun bukankah hidup memang harus mengalir, hidup harus berkembang bukan? Saat itu saya memang butuh menyepi, menepi sejenak dari hingar-bingar kehidupan untuk bisa merefleksi diri akan ke mana arah hidup saya ke depan nanti. Jika suatu hari nanti saya tetapkan untuk kembali ke Jogja, itu jadi perkara lain lagi :)
"Perjalanan paling berkesan di tahun 2016?"
Apa ya? Banyak sih ! Mungkin salah satu perjalanan paling berkesan di tahun 2016 ialah ketika saya mengunjungi Pulau Bali pada bulan September lalu. Merasakan suasana Galungan di Desa Adat Penglipuran, menanti matahari pagi di puncak Gunung Batur, dan mencicipi pengalaman merayakan Idul Adha di Pulau Dewata. Perjalanan saya ke Bali menjadi sebuah perjalanan religi tersendiri. Banyak pengalaman seru dan menarik, terutama ihwal bagaimana wujud konkret dari bentuk toleransi antar umat beragama.
Di penghujung tahun saya kembali mengunjungi Banyuwangi untuk menikmati Festival Ngopi Sepuluh Ewu. Merasakan pribadi keakraban masyarakat Suku Using dalam menyambut para tamu. Merasakan kehangatan keluarga, kolam bertemu dengan sanak saudara yang tinggal jauh walaupun kami sama sekali tidak saling kenal sebelumnya. Serta tak lupa dialog ihwal santet Banyuwangi yang katanya sudah cukup populer seantero negeri. Mungkin saya sudah terkena pelet dari Banyuwangi, buktinya tahun 2016 kemudian saya sudah tiba ke sana dua kali dan saya masih ingin kembali menjelahi Bumi Gandrung untuk perjalanan saya berikutnya, hihihi :)
Mencicipi pribadi sajian ayam betutu Men Tempeh yang legendaris pribadi di Gilimanuk juga menjadi pengalaman kuliner paling berkesan di tahun 2016 lalu. "Kapal-kapalan" dari Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk PP untuk bisa mencicipi pribadi kenikmatan olahan ayam betutu. Saya pikir, saya benar-benar selow ya, rela menyeberang pulau Bali untuk makan, kemudian kembali lagi menyeberang ke Jawa untuk pulang !
"Lalu, apa resolusimu di tahun 2017 ini Dik?"
Apa ya? Tak banyak resolusi yang saya buat di tahun ini. Di tahun 2017 ini saya tidak berharap muluk-muluk sih. Resolusi hidup yang ingin saya capai antara lain :
"Bukannya kau sudah pernah pergi ke Papuma, Dik?"
Ya, beberapa tahun kemudian saya pernah bepergian ke sana, tapi pesona Papuma masih menarik untuk dikunjungi. Bisa menikmati sunset dan sunrise di satu lokasi menjadi daya tarik tersendiri. Pengalaman menanti senja di Pantai Pulau Merah juga menjadi kesan tersendiri. Menebus kekecewaan alasannya ialah kedatangan pertama saya di Pantai Pulau Merah pada tahun 2015 silam sudah terlampau malam, kesudahannya saya pun mengulangi perjalanan ke pesisir selatan Kabupaten Banyuwangi tersebut. Kedatangan saya semakin terasa berkesan alasannya ialah waktu itu bertepatan dengan demam isu buah naga merah yang hargannya terlampau sangat murah. Di sekitar pantai tersebut memang cukup populer sebagai kawasan penghasil buah naga merah. Sayangnya, ketika panen raya tiba, harga buah naga tersebut jatuh dan dijual murah, per-kilonya hanya dihargai tiga ribu hingga lima ribu rupiah saja.
Tahun 2016 juga banyak memberi saya kesempatan untuk terus berguru dan berbenah diri dalam hal tulis-menulis. Beberapa tawaran job review dan kolaborasi sempat mampir untuk mengisi blog ini. Walaupun jujur semakin hari, saya merasa semakin malas untuk menulis di laman ini. Tak banyak goresan pena yang berhasil saya posting di tahun 2016. Jujur, tahun 2016 menjadi tahun di mana saya mengalami sedikit perdebatan batin #ciyeee. Perdebatan untuk menentukan antara menekuni hobi dan dijadikan sebagai profesi atau serius berkutat mencari pekerjaan tetap. Awalnya saya berpikir, tampaknya yummy menimbulkan hobi sebagai pekerjaan utama. I mean, menekuni hobi tulis-menulis sebagai sumber penghasilan utama. Namun, sesudah berpikir sejenak, saya tetapkan untuk memisahkan antara hobi dan pekerjaan. Setidaknya, di ketika saya bosan bekerja, saya masih bisa melarikan diri untuk melaksanakan hobi untuk mengalihkan kepenatan saya itu.
"Lalu, apa keputusan yang menurutmu yang paling berat untuk diambil di tahun 2016 kemudian Dik?"
Apa ya? Memutuskan untuk pindah dan tidak menetap lagi di Jogja. Terhitung sejak selesai bulan Juli 2016 saya sudah tidak menetap lagi di Jogja. Saya tetapkan untuk pulang ke kampung halaman saya di Sragen untuk beberapa waktu ke depan. Keputusan untuk pindah dari Jogja bagi saya merupakan salah satu keputusan hidup paling besar yang saya ambil di tahun 2016 lalu. Hampir dua ahad lamanya saya mencicipi galau akut ketika mencicil mengemasi barang-barang yang ada di dalam kost-an. Jogja bagi saya sudah ibarat rumah kedua, di mana saya berguru banyak hal ihwal kehidupan di sana. Meninggalkan teman-teman dan komunitas di sana, meninggalkan segala bentuk kenyamanan yang disajikan oleh Jogja, termasuk meninggalkan pondasi karir yang sudah mulai saya rintis, dan harus memulai kehidupan gres dari nol lagi di tempat gres menjadi sebuah keputusan yang cukup berat dalam hidup saya. Banyak yang menyayangkan pilihan saya tersebut. Ya, namun bukankah hidup memang harus mengalir, hidup harus berkembang bukan? Saat itu saya memang butuh menyepi, menepi sejenak dari hingar-bingar kehidupan untuk bisa merefleksi diri akan ke mana arah hidup saya ke depan nanti. Jika suatu hari nanti saya tetapkan untuk kembali ke Jogja, itu jadi perkara lain lagi :)
"Perjalanan paling berkesan di tahun 2016?"
Apa ya? Banyak sih ! Mungkin salah satu perjalanan paling berkesan di tahun 2016 ialah ketika saya mengunjungi Pulau Bali pada bulan September lalu. Merasakan suasana Galungan di Desa Adat Penglipuran, menanti matahari pagi di puncak Gunung Batur, dan mencicipi pengalaman merayakan Idul Adha di Pulau Dewata. Perjalanan saya ke Bali menjadi sebuah perjalanan religi tersendiri. Banyak pengalaman seru dan menarik, terutama ihwal bagaimana wujud konkret dari bentuk toleransi antar umat beragama.
![]() |
Kemeriahan Penjor di Desa Penglipuran di kala Hari Raya Galungan, supaya tahun ini bisa merayakan Galungan di Bali lagi :) |
Mencicipi pribadi sajian ayam betutu Men Tempeh yang legendaris pribadi di Gilimanuk juga menjadi pengalaman kuliner paling berkesan di tahun 2016 lalu. "Kapal-kapalan" dari Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk PP untuk bisa mencicipi pribadi kenikmatan olahan ayam betutu. Saya pikir, saya benar-benar selow ya, rela menyeberang pulau Bali untuk makan, kemudian kembali lagi menyeberang ke Jawa untuk pulang !
![]() |
Pagi yang "kesiangan" di Pantai Sanur, Bali |
"Lalu, apa resolusimu di tahun 2017 ini Dik?"
Apa ya? Tak banyak resolusi yang saya buat di tahun ini. Di tahun 2017 ini saya tidak berharap muluk-muluk sih. Resolusi hidup yang ingin saya capai antara lain :
- Segera memperoleh pekerjaan tetap sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. Saya mulai berpikir kini sudah saatnya saya benar-benar kembali menata hidup saya. Memperoleh pekerjaan tetap, penghasilan bulanan dan menata kehidupan finansial saya menjadi salah satu resolusi besar yang ingin saya capai di tahun ayam api ini.
- Menerapkan referensi hidup sehat !
- Belajar menciptakan goresan pena yang yummy dibaca. Ya, semakin hari saya merasa semakin malas untuk menciptakan tulisan, sehingga kuat terhadap kualitas goresan pena saya yang semakin acak-acakan (kemudian lirik jumlah artikel yang berhasil saya posting di tahun 2016 kemarin). Setidaknya, tahun ini saya harus berguru untuk lebih rajin menulis, sehingga bisa memperbaiki kualitas goresan pena saya.
Jodoh ? Nikah?
Oke, terima kasih sudah membaca sedikit uneg-uneg saya sepanjang tahun 2016 kemarin. Semoga apa yang ingin kita inginkan sanggup tercapai di tahun 2017 ini ya ! Selamat menyongsong tahun gres semua !
Salam,
Andika Hermawan
-penikmat perjalanan-
IMPORTANT, MUST BE READ...
Thank for your attention sebar kan Tahun Baru - Sebuah Refleksi dan Resolusi
my blog sebar kan Tahun Baru - Sebuah Refleksi dan Resolusi, Have a nice day.
0 Response to "sebar kan Tahun Baru - Sebuah Refleksi dan Resolusi"
Posting Komentar