IMPORTANT, MUST BE READ... : sebar kan Food Coma di Warung Sederhana Tanjung Papuma
Title : sebar kan Food Coma di Warung Sederhana Tanjung Papuma
sebar kan Food Coma di Warung Sederhana Tanjung Papuma
IMPORTANT, MUST BE READ... Sebagai salah satu tempat berlabuh dan berlayarnya para nelayan, Tanjung Papuma tentu menyediakan hidangan bahari yang sayang untuk dilewatkan. Hidangan ikan bahari yang segar siap menjadi sahabat bersantap di kala lapar. Puas menyantap hidangan laut, sebutir buah kelapa muda hijau pun siap merampungkan dahaga Anda.
Tanjung Papuma mempunyai gugusan warung makan yang ditata dalam satu lokasi. Pengunjung yang ingin bersantap pun sanggup menentukan salah satu warung yang telah disediakan di sini. Rata-rata pengelola dan pemilik warung yaitu warga masyarakat yang tinggal di sekitar Papuma dan Watu Ulo. Rata-rata warung makan di Papuma hanya buka dari pagi sampai sore saja, sedangkan saat hari sudah beranjak malam, hanya terlihat satu dua warung saja yang masih buka melayani pelanggan.
Saya dan mitra aku mulai mencari warung makan untuk mengisi perut yang mulai keroncongan. Pengelola penginapan menyarankan kami untuk membeli makan di warung makan Evergreen yang lokasinya hanya berada di depan penginapan. Namun alasannya yaitu rasa penasaran, karenanya kami berjalan kaki menuju gugusan warung yang berada di sebelah selatan pantai. Pantai Papuma saat malam terasa cukup gelap, walaupun sudah ada listrik masuk dan dipasang lampu penerangan di beberapa sudut jalan. Saya sarankan sih lebih baik Anda membawa lampu senter jikalau ingin jalan-jalan malam di Papuma. Terdapat dua buah warung yang masih buka malam itu, kemudian kami menentukan untuk bersantap di Warung Sederhana yang dikelola Mbak Ul.
Kami sudah diwanti-wanti oleh driver kami tadi siang jikalau pergi ke Papuma, lebih baik memesan seafood-nya saja alasannya yaitu ikannya masih segar dan harganya cukup ramah di kantong. Kami menuju box kecil tempat penyimpanan ikan. Ada beberapa jenis ikan yang ditawarkan, namun rata-rata ukurannya besar semua. Setelah memilih-milih, karenanya pilihan kami jatuh kepada ikan bethet alias ikan abang renta dan udang. Ikan bethet tersebut berukuran satu kilo lebih satu ons, di mana harga per-kilo ikan di sini dihargai Rp 70.000,00. Jadi, jikalau kami memesan ikan dan udang tersebut kami harus membayar Rp 107.000,00. Akhirnya dengan tawar-menawar yang sedikit sengit, ikan dan udang tersebut sanggup kami dapatkan dengan harga Rp 100.000,00 saja. Eits, tapi harga tersebut belum termasuk nasi, lalapan, sambal, dan minumnya. Tapi hening saja kok, harga nasi, lalapan, minuman di sini masih wajar, tidak dimahalkan.
Kami menunggu agak usang untuk sanggup menyantap ikan dan udang bakar yang kami pesan. Aroma bakaran ikan cukup menyengat di indra penciuman dan menciptakan kami semakin kelaparan. Sambil menunggu makanan yang dipesan, kami pun habiskan waktu untuk berbincang dan melihat bulan (hampir) purnama terbit. Ah, syukurlah malam ini terang, padahal sore tadi hujan gerimis sudah turun. Sekitar lima belas menit menunggu karenanya pesanan kami tiba juga. Saya cukup kaget dengan porsi ikan kakaktua yang ternyata sangat besar ! Jujur ini pertama kalinya aku makan ikan kakaktua, alasannya yaitu biasanya jikalau di Jogja, jenis ikan ini dijual dengan harga yang cukup mahal ! Jenis ikan kakaktua ini mempunyai daging yang tebal dan bab durinya hanya ada di tengah tubuh saja. Ikan bakarnya enak, bumbunya pas, tidak terlalu manis. Sajian ikan bakar ini semakin pas disantap dengan sambal tomat atau sambal kecap yang sudah disediakan. Saking tebalnya daging ikan kakaktua ini, rasa-rasanya tidak habis-habis saat kami santap berdua. Ah, seharusnya ikan ini kami santap bertiga atau berempat, bukan berdua saja. Pada karenanya kami merasa kekenyangan dan food coma !
Harga makanan di warung makan yang berada di Papuma berdasarkan aku masih dalam harga yang wajar. Es teh anggun dan kopi misal, dijual dengan harga Rp 3.000,00-Rp4.000,00 saja per-gelasnya. Kelapa muda dijual dengan harga Rp 10.000,00 saja per butirnya. Sedangkan nasi pecel dan nasi goreng dijual dengan harga Rp 10.000,00 per-porsinya. Tenang kok, para penjual ini sudah menyediakan buku sajian dengan harga yang dicantumkan, jadi tak usah khawatir jikalau "dipalak".
Oh iya, ada dongeng lucu saat kami sedang bersantap. Bapak pemilik warung memberi kami lilin untuk penerangan, padahal lampu listrik menyala dengan terang. Tak berapa usang kemudian listrik pun padam. Selang tak usang kemudian listrik pun menyala lagi, namun sehabis menyala sekian menit padam lagi. Dan insiden tersebut berulang-ulang sampai kami selesai santap malam. Timben, listrik padam nyala padam nyala kata bapaknya. Padahal biasanya pedoman listrik normal-normal saja saat malam tiba. Jadilah kami serasa menikmati candle light dinner di tepi pantai sambil ditemani bunyi ombak dan serangga yang beterbangan hinggap ke lilin tentu saja.
Sarapan Pagi di Warung yang Sama
Seperti sudah menaruh kepercayaan dan malas untuk mencoba tempat yang baru, keesokan harinya kami mampir kembali ke warung yang sama untuk membeli sarapan pagi. Kali ini kami tidak memesan sajian ikan lagi jawaban food coma semalam. Kami memesan nasi pecel dan sebutir kelapa muda untuk sajian sarapan.
Menu pecelnya pun terdiri dari racikan bahan-bahan yang sederhana. Isinya terdiri dari sayur bayam dan kacang panjang yang direbus, diberi cuilan mentimun, kemudian diberi sambel pecel, terakhir ditambah dengan cuilan tempe dan tahu yang dimasak kuah kental ibarat sayur terik. Untuk lauknya diberi telur ceplok dan kerupuk berwarna merah. Jujur saja kerupuk merah ini jikalau di tempat aku kurang begitu diminati, namun di Papuma ini, rasa kerupuk tersebut begitu nikmat disantap dengan nasi pecel. Kerupuknya terasa sedikit anggun dan tidak terlalu gurih. Sambal pecelnya juga nikmat, mayoritas rasa pedas dan gurih khas pecel Jawa Timuran. Kami pun makan nasi pecel tersebut dengan lahap alasannya yaitu rasanya yang nikmat.
Satu porsi nasi pecel dihargai Rp 10.000,00 saja. Cukup murah berdasarkan aku alasannya yaitu sudah diberi lauk telur ceplok. Porsinya pun cukup banyak dan menciptakan kami kenyang. Pokoknya kalau ke Papuma, jangan lupa mampir ke Warung Sederhana yang dikelola oleh Mbak Ul ini ya !
Saya dan mitra aku mulai mencari warung makan untuk mengisi perut yang mulai keroncongan. Pengelola penginapan menyarankan kami untuk membeli makan di warung makan Evergreen yang lokasinya hanya berada di depan penginapan. Namun alasannya yaitu rasa penasaran, karenanya kami berjalan kaki menuju gugusan warung yang berada di sebelah selatan pantai. Pantai Papuma saat malam terasa cukup gelap, walaupun sudah ada listrik masuk dan dipasang lampu penerangan di beberapa sudut jalan. Saya sarankan sih lebih baik Anda membawa lampu senter jikalau ingin jalan-jalan malam di Papuma. Terdapat dua buah warung yang masih buka malam itu, kemudian kami menentukan untuk bersantap di Warung Sederhana yang dikelola Mbak Ul.
Kami sudah diwanti-wanti oleh driver kami tadi siang jikalau pergi ke Papuma, lebih baik memesan seafood-nya saja alasannya yaitu ikannya masih segar dan harganya cukup ramah di kantong. Kami menuju box kecil tempat penyimpanan ikan. Ada beberapa jenis ikan yang ditawarkan, namun rata-rata ukurannya besar semua. Setelah memilih-milih, karenanya pilihan kami jatuh kepada ikan bethet alias ikan abang renta dan udang. Ikan bethet tersebut berukuran satu kilo lebih satu ons, di mana harga per-kilo ikan di sini dihargai Rp 70.000,00. Jadi, jikalau kami memesan ikan dan udang tersebut kami harus membayar Rp 107.000,00. Akhirnya dengan tawar-menawar yang sedikit sengit, ikan dan udang tersebut sanggup kami dapatkan dengan harga Rp 100.000,00 saja. Eits, tapi harga tersebut belum termasuk nasi, lalapan, sambal, dan minumnya. Tapi hening saja kok, harga nasi, lalapan, minuman di sini masih wajar, tidak dimahalkan.
Kami menunggu agak usang untuk sanggup menyantap ikan dan udang bakar yang kami pesan. Aroma bakaran ikan cukup menyengat di indra penciuman dan menciptakan kami semakin kelaparan. Sambil menunggu makanan yang dipesan, kami pun habiskan waktu untuk berbincang dan melihat bulan (hampir) purnama terbit. Ah, syukurlah malam ini terang, padahal sore tadi hujan gerimis sudah turun. Sekitar lima belas menit menunggu karenanya pesanan kami tiba juga. Saya cukup kaget dengan porsi ikan kakaktua yang ternyata sangat besar ! Jujur ini pertama kalinya aku makan ikan kakaktua, alasannya yaitu biasanya jikalau di Jogja, jenis ikan ini dijual dengan harga yang cukup mahal ! Jenis ikan kakaktua ini mempunyai daging yang tebal dan bab durinya hanya ada di tengah tubuh saja. Ikan bakarnya enak, bumbunya pas, tidak terlalu manis. Sajian ikan bakar ini semakin pas disantap dengan sambal tomat atau sambal kecap yang sudah disediakan. Saking tebalnya daging ikan kakaktua ini, rasa-rasanya tidak habis-habis saat kami santap berdua. Ah, seharusnya ikan ini kami santap bertiga atau berempat, bukan berdua saja. Pada karenanya kami merasa kekenyangan dan food coma !
Harga makanan di warung makan yang berada di Papuma berdasarkan aku masih dalam harga yang wajar. Es teh anggun dan kopi misal, dijual dengan harga Rp 3.000,00-Rp4.000,00 saja per-gelasnya. Kelapa muda dijual dengan harga Rp 10.000,00 saja per butirnya. Sedangkan nasi pecel dan nasi goreng dijual dengan harga Rp 10.000,00 per-porsinya. Tenang kok, para penjual ini sudah menyediakan buku sajian dengan harga yang dicantumkan, jadi tak usah khawatir jikalau "dipalak".
Oh iya, ada dongeng lucu saat kami sedang bersantap. Bapak pemilik warung memberi kami lilin untuk penerangan, padahal lampu listrik menyala dengan terang. Tak berapa usang kemudian listrik pun padam. Selang tak usang kemudian listrik pun menyala lagi, namun sehabis menyala sekian menit padam lagi. Dan insiden tersebut berulang-ulang sampai kami selesai santap malam. Timben, listrik padam nyala padam nyala kata bapaknya. Padahal biasanya pedoman listrik normal-normal saja saat malam tiba. Jadilah kami serasa menikmati candle light dinner di tepi pantai sambil ditemani bunyi ombak dan serangga yang beterbangan hinggap ke lilin tentu saja.
Sarapan Pagi di Warung yang Sama
Seperti sudah menaruh kepercayaan dan malas untuk mencoba tempat yang baru, keesokan harinya kami mampir kembali ke warung yang sama untuk membeli sarapan pagi. Kali ini kami tidak memesan sajian ikan lagi jawaban food coma semalam. Kami memesan nasi pecel dan sebutir kelapa muda untuk sajian sarapan.
Menu pecelnya pun terdiri dari racikan bahan-bahan yang sederhana. Isinya terdiri dari sayur bayam dan kacang panjang yang direbus, diberi cuilan mentimun, kemudian diberi sambel pecel, terakhir ditambah dengan cuilan tempe dan tahu yang dimasak kuah kental ibarat sayur terik. Untuk lauknya diberi telur ceplok dan kerupuk berwarna merah. Jujur saja kerupuk merah ini jikalau di tempat aku kurang begitu diminati, namun di Papuma ini, rasa kerupuk tersebut begitu nikmat disantap dengan nasi pecel. Kerupuknya terasa sedikit anggun dan tidak terlalu gurih. Sambal pecelnya juga nikmat, mayoritas rasa pedas dan gurih khas pecel Jawa Timuran. Kami pun makan nasi pecel tersebut dengan lahap alasannya yaitu rasanya yang nikmat.
Satu porsi nasi pecel dihargai Rp 10.000,00 saja. Cukup murah berdasarkan aku alasannya yaitu sudah diberi lauk telur ceplok. Porsinya pun cukup banyak dan menciptakan kami kenyang. Pokoknya kalau ke Papuma, jangan lupa mampir ke Warung Sederhana yang dikelola oleh Mbak Ul ini ya !
IMPORTANT, MUST BE READ...
Thank for your attention sebar kan Food Coma di Warung Sederhana Tanjung Papuma
my blog sebar kan Food Coma di Warung Sederhana Tanjung Papuma, Have a nice day.
0 Response to "sebar kan Food Coma di Warung Sederhana Tanjung Papuma"
Posting Komentar