IMPORTANT, MUST BE READ... : sebar kan 13 Jam Bersama Kereta Logawa
Title : sebar kan 13 Jam Bersama Kereta Logawa
sebar kan 13 Jam Bersama Kereta Logawa
IMPORTANT, MUST BE READ... Melihat gosip banjir yang melanda tempat Jawa Timur, khususnya yang melanda daerah Porong, Sidoarjo, mengingatkan saya perihal perjalanan memakai jasa kereta api pada awal 2014 silam. Perjalanan pulang dari Probolinggo menuju Jogja memakai jasa kereta api Logawa sehabis mengikuti rangkaian program Tour De Probolinggo. Perjalanan darat yang seharusnya memakan waktu sekitar delapan jam perjalanan, namun jadinya harus molor menjadi tiga belas jam lamanya. Ya, semua dikarenakan banjir yang menggenangi jalur rel kereta di daerah Porong-Tanggulangin yang notabennya merupakan daerah pedoman lumpur Lapindo sehingga jalur tersebut tidak sanggup dilewati oleh kereta.
Pagi itu, saya bersama lima orang sahabat rombongan dari Jogja dan Solo berencana pulang memakai kereta Logawa dari Kota Probolinggo. Waktu itu sekitar awal bulan Februari 2014, di mana hujan mulai intens mengguyur daerah-daerah di Jawa. Perjalanan pulang dari Kota Probolinggo pun berjalanan lancar tanpa hambatan. Kereta Logawa yang kami gunakan tiba sempurna waktu sesuai dengan jadwal keberangkatan. Perjalanan memakai kereta ekonomi ini terasa menyenangkan. Gerbong kereta yang cukup nyaman dengan perhiasan akomodasi pendingin ruangan, kondisi di dalam gerbong kereta yang bersih, serta para penumpang yang terlihat tertib sesuai peraturan menciptakan perjalanan kali ini terasa cukup nyaman. Sepanjang perjalanan saya bersama mitra tak henti-hentinya bercengkrama mengingat kembali dongeng selama mengikuti program Tour De Probolinggo tersebut.
Pedagang asongan pun tidak terlihat kemudian lalang sepanjang perjalanan. Mereka hanya naik dan turun mengatakan barang dagangan ketika kereta sedang berhenti di stasiun saja. Sedangkan selama kereta berjalan, kondisi di dalam gerbong terasa cukup kondusif. Kejanggalan pun mulai terasa ketika kereta berhenti cukup usang di Stasiun Pasuruhan. Selentingan kabar bila perjalanan kereta akan terhambat alasannya banjir di daerah Porong pun semakin santer terdengar dari verbal ke verbal pedagang asongan yang berkeliling mengatakan barang dagangan di dalam gerbing. Saat kami konfirmasi kepada petugas kereta pun, tidak ada balasan yang niscaya perihal selentingan kabar tersebut. Seluruh penumpang dihimbau untuk tetap damai dan menunggu kepastian kabar dari stasiun. Setelah beberapa ketika berhenti, jadinya kereta pun melanjutkan perjalanannya.
Kali ini kereta berhenti di Stasiun Bangil. Terlihat beberapa penumpang tujuan Surabaya mulai gelisah alasannya jadwal kereta yang mulai molor dari jadwal yang telah ditentukan. Saya rasa kekhawatiran mereka cukup beralasan, alasannya sebagian dari mereka akan melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya memakai jasa kereta lain atau memakai pesawat yang sudah tertera terang jadwal keberangkatannya. Setelah menunggu sekitar 30 menit, beberapa penumpang tujuan Surabaya menentukan untuk turun dari kereta dan memakai moda transportasi lainnya. Pada jadinya memang pihak KAI mengatakan tanggung jawab dengan menyediakan transportasi bagi penumpang yang akan melanjutkan perjalanan mereka ke Kota Pahlawan tersebut.
Saya dan rombongan memang sengaja bertahan di atas kereta. Perjalanan pulang ini memang kami buat santai alasannya tidak ada jadwal yang harus kami lakukan pada hari kepulangan tersebut. Adanya pedagang asongan memang mengatakan berkah tersendiri. Ya, apalagi kalau bukan adanya masakan murah dan mengenyangkan. Pagi itu saya membeli nasi bungkus. Maklum, kami memang belum sempat sarapan tadi pagi. Akhirnya dengan adanya pedagang asongan ini sangat membantu menyelamatkan perut dari kelaparandan isi dompet yang pas-pasan.
Setelah sekira menunggu kepastian hampir satu jam lamanya, pihak KAI memutuskan untuk tetap memberangkatkan kereta Logawa, namun melalui jalur lintas selatan yang melewati Kota Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri dsb. "Wah, itung-itung piknik gratis ya nak kita ini, diajak muter-muter sama KAI", celetuk penumpang yang duduk di dingklik seberang. Iya, kereta Logawa normalnya melewati jalur tengah melalui Kota Surabaya, bukan melalui jalur selatan melalui Kota Malang.
Perjalanan pulang kali ini memang terasa cukup panjangdan melelahkan. Atas ketidaknyamanan yang dialami oleh penumpang, pihak KAI memberi kompensasi berupa sebotol air mineral dan satu buah roti semir. Ya, perjalanan panjang yang tak terduga ini menciptakan pengeluaran kami bertambah alasannya kami harus membeli masakan di dalam gerbong kereta, terlebih memang kami tidak membawa persiapan bekal. Untuk menghilangkan rasa bosan, saya bersama teman-teman menentukan untuk berjalan-jalan di dalam gerbong kereta. Sesekali kami mengecek laman sosial media untuk memperbarui berita. Untung saja kini sudah ada akomodasi colokan dan listrik gratis di dalam gerbong sehingga kami tak perlu khawatir untuk mengisi ulang baterai di ponsel kami alasannya dayanya telah habis.
Hujan gerimis mulai mengiringi perjalanan kami ketika memasuki Stasiun Madiun. Kelegaan mulai terasa alasannya sebentar lagi kami akan segera tiba di Jogja. Akhirnya sekitar pukul delapan malam lebih kami tiba di Stasiun Lempuyangan, padahal berdasarkan jadwal yang tertera di tiket keberangkatan, kami akan tiba di Jogja sekitar pukul 14.30 sore. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan memakai jasa kereta api kali ini. Karena jalur yang terendam banjir menciptakan kami harus memutar arah menempuh perjalanan yang lebih jauh dari rute perjalanan biasa.
Pagi itu, saya bersama lima orang sahabat rombongan dari Jogja dan Solo berencana pulang memakai kereta Logawa dari Kota Probolinggo. Waktu itu sekitar awal bulan Februari 2014, di mana hujan mulai intens mengguyur daerah-daerah di Jawa. Perjalanan pulang dari Kota Probolinggo pun berjalanan lancar tanpa hambatan. Kereta Logawa yang kami gunakan tiba sempurna waktu sesuai dengan jadwal keberangkatan. Perjalanan memakai kereta ekonomi ini terasa menyenangkan. Gerbong kereta yang cukup nyaman dengan perhiasan akomodasi pendingin ruangan, kondisi di dalam gerbong kereta yang bersih, serta para penumpang yang terlihat tertib sesuai peraturan menciptakan perjalanan kali ini terasa cukup nyaman. Sepanjang perjalanan saya bersama mitra tak henti-hentinya bercengkrama mengingat kembali dongeng selama mengikuti program Tour De Probolinggo tersebut.
Pedagang asongan pun tidak terlihat kemudian lalang sepanjang perjalanan. Mereka hanya naik dan turun mengatakan barang dagangan ketika kereta sedang berhenti di stasiun saja. Sedangkan selama kereta berjalan, kondisi di dalam gerbong terasa cukup kondusif. Kejanggalan pun mulai terasa ketika kereta berhenti cukup usang di Stasiun Pasuruhan. Selentingan kabar bila perjalanan kereta akan terhambat alasannya banjir di daerah Porong pun semakin santer terdengar dari verbal ke verbal pedagang asongan yang berkeliling mengatakan barang dagangan di dalam gerbing. Saat kami konfirmasi kepada petugas kereta pun, tidak ada balasan yang niscaya perihal selentingan kabar tersebut. Seluruh penumpang dihimbau untuk tetap damai dan menunggu kepastian kabar dari stasiun. Setelah beberapa ketika berhenti, jadinya kereta pun melanjutkan perjalanannya.
Kali ini kereta berhenti di Stasiun Bangil. Terlihat beberapa penumpang tujuan Surabaya mulai gelisah alasannya jadwal kereta yang mulai molor dari jadwal yang telah ditentukan. Saya rasa kekhawatiran mereka cukup beralasan, alasannya sebagian dari mereka akan melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya memakai jasa kereta lain atau memakai pesawat yang sudah tertera terang jadwal keberangkatannya. Setelah menunggu sekitar 30 menit, beberapa penumpang tujuan Surabaya menentukan untuk turun dari kereta dan memakai moda transportasi lainnya. Pada jadinya memang pihak KAI mengatakan tanggung jawab dengan menyediakan transportasi bagi penumpang yang akan melanjutkan perjalanan mereka ke Kota Pahlawan tersebut.
Saya dan rombongan memang sengaja bertahan di atas kereta. Perjalanan pulang ini memang kami buat santai alasannya tidak ada jadwal yang harus kami lakukan pada hari kepulangan tersebut. Adanya pedagang asongan memang mengatakan berkah tersendiri. Ya, apalagi kalau bukan adanya masakan murah dan mengenyangkan. Pagi itu saya membeli nasi bungkus. Maklum, kami memang belum sempat sarapan tadi pagi. Akhirnya dengan adanya pedagang asongan ini sangat membantu menyelamatkan perut dari kelaparan
Setelah sekira menunggu kepastian hampir satu jam lamanya, pihak KAI memutuskan untuk tetap memberangkatkan kereta Logawa, namun melalui jalur lintas selatan yang melewati Kota Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri dsb. "Wah, itung-itung piknik gratis ya nak kita ini, diajak muter-muter sama KAI", celetuk penumpang yang duduk di dingklik seberang. Iya, kereta Logawa normalnya melewati jalur tengah melalui Kota Surabaya, bukan melalui jalur selatan melalui Kota Malang.
Perjalanan pulang kali ini memang terasa cukup panjang
Hujan gerimis mulai mengiringi perjalanan kami ketika memasuki Stasiun Madiun. Kelegaan mulai terasa alasannya sebentar lagi kami akan segera tiba di Jogja. Akhirnya sekitar pukul delapan malam lebih kami tiba di Stasiun Lempuyangan, padahal berdasarkan jadwal yang tertera di tiket keberangkatan, kami akan tiba di Jogja sekitar pukul 14.30 sore. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan memakai jasa kereta api kali ini. Karena jalur yang terendam banjir menciptakan kami harus memutar arah menempuh perjalanan yang lebih jauh dari rute perjalanan biasa.
IMPORTANT, MUST BE READ...
Thank for your attention sebar kan 13 Jam Bersama Kereta Logawa
my blog sebar kan 13 Jam Bersama Kereta Logawa, Have a nice day.
0 Response to "sebar kan 13 Jam Bersama Kereta Logawa"
Posting Komentar